MANAJEMEN KEUANGAN II
“TEORI STRUKTUR MODAL”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen Keuangan II di semester empat
Prodi S1 Manajamen
Di susun oleh :
1. Anggraeni Puspita Sari. (5130014014)
2. Ainul Firda (5130014017)
3. Fitri Alfiah Dewi (5130014028)
4. Nur Aini (5230014001)
5. Ade Suriani Dianini (5230014010)
Dosen Pembimbing :
Ninnasi Muttaqiin, S.M.B., M.SM.
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
TAHUN 2016
BAB I
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Modal dan Struktur Modal
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya (Munawir,2001).Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal Aktif (Debet) dan modal Pasif (Kredit). Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan dan bisa juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan.
1. Meningkatkan Struktur Modal yang Optimal
Struktur modal yang optimal adalah struktur yang memaksimalkan harga dari perusahaan,dan hal ini biasanya meminta rasio utang yang lebih rendah daripada rasio yang memaksimalkan EPS yang diharapkan.
2. WACC dan Perubahan Struktur Modal
Memperkirakan bagaimana suatu perubahaan dalam struktur modal akan mempengaruhi harga saham adalah suatu hal yang sulit. Namun ternyata diketahui struktur modal yang dapat memaksimalkan harga saham adalah struktur modal yang dapat meminimalkan WACC. Karena biasanya lebih mudah meramalkan bagaimana perubahan struktur modal akan mempengaruhi WACC daripada harga saham,kebanyakan manajer menggunakan perubahan WACC yang diramalkan untuk membantu mereka mengambil keputusan struktur modal.
1.2 Teori Pendekatan Struktur Modal
- Teori Pendekatan Tradisional, Pendekatan Tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Artinya Struktur Modal mempunyai pengaruh terhadap Nilai Perusahaan, dimana Struktur Modal dapat berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.
- Teori Pendekatan Modigliani dan Miller, Pada tahun 1950-an, dua orang ekonom menentang pandangan tradisional struktur modal. Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Kemudian pada awal tahun 1960-an, kedua ekonom tersebut memasukkan faktor pajak ke dalam analisis mereka. Mereka sampai pada kesimpulan bahwa nilai perusahaan dengan hutang lebih tinggi dibandingkan nilai perusahaan tanpa hutang. Kenaikan nilai tersebut dikarenakan adanya penghematan pajak dari penggunaan hutang.
1. Teori MM tanpa pajak
Pada tahun 1958 mereka mengajukan suatu teori yang ilmiah tentang struktur modal perusahaan. Teori mereka menggunakan beberapa asumsi : Risiko bisnis perusahaan diukur dengan σ EBIT (Standard Deviation Earning Before Interest and Taxes). Investor memiliki pengharapan yang sama tentang EBIT perusahaan di masa mendatang. Saham dan obligasi diperjual belikan di suatu pasar modal yang sempurna Seluruh aliran kas adalah perpetuitas (sama jumlahnya setiap periode hingga waktu tak terhingga). Dengan kata lain, pertumbuhan perusahaan adalah nol atau EBIT selalu sama.
Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka (Brigham dan Houston, 2001, p.31) yaitu:
a Tidak
terdapat agency cost.
b Tidak
ada pajak.
c Investor
dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan
d Investor
mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di
masa depan
e Tidak
ada biaya kebangkrutan
f Earning
Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang.
g Para
investor adalah price-takers.
h Jika
terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market value).
Nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan sama dengan nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang sebagai berikut ini.
VL = VU
Keterangan :
VL :
Nilai untuk perusahaan yang menggunakan hutang (value for leveraged
companies)
VU : Nilai untuk
perusahaan yang tidak menggunakan hutang (100% saham,
atau value for unlevered companies
Dengan kata lain, dalam kondisi tanpa pajak, Modigliani dan Miller berpendapat bahwa struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Tingkat keuntungan dan risiko usaha (keputusan investasi) yang akan mempengaruhi nilai perusahaan (bukannya keputusan pendanaan).
Proposisi 2 mengatakan bahwa tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk perusahaan yang menggunakan hutang, naik proporsional terhadap peningkatan rasio hutang dengan saham.
ks = ko
+ B / S (ko – kb) ……… (2)
dimana:
ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk
saham
ko = tingkat keuntungan
yang disyaratkan untuk saham perusahaan
tanpa hutang
B/S =
rasio hutang dengan saham
kb = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk
hutang (tingkat bunga)
Dengan menggunakan hutang yang semakin banyak, perusahaan bisa menggunakan sumber modal yang lebih murah yang semakin besar. Penggunaan sumber modal yang murah yang semakin banyak akan menurunkan biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan (WACC) tersebut, jika tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham (ks) konstan. Tetapi dengan semakin meningkatnya hutang, tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham (ks) juga akan meningkat. Dua efek yang saling berlawan tersebut menghasilkan biaya modal rata-rata tertimbang yang konstan. Hasilnya, nilai perusahaan akan konstan.
2. Teori MM Dengan Pajak
Pada tahun 1963, MM menerbitkan artikel sebagai lanjutan teori MM tahun 1958.Asumsi yang diubah adalah adanya pajak terhadap penghasilan perusahaan. Dengan adanya pajak ini, MM menyimpulkan bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajakPreposisi I: nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak berhutang ditambah dengan penghematan pajak karena bunga hutang. Implikasi dari preposisi I ini adalah pembiayaan dengan hutang sangat menguntungkan dan MM menyatakan bahwa struktur modal optimal perusahaan adalah seratus persen hutang.
VL = VU
+ Tc B
EBIT (1 – Tc) Tc . kb . B
=
------------------ + ----------------- ……… (3)
ko kb
Keterangan
:
Tc =
tingkat pajak (perusahaan)
B =
besarnya hutang
ks =
tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham
kb = tingkat keuntungan hutang (tingkat bunga)
ko =
tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham perusahaan
tanpa hutang
EBIT = Earning Before Interest and Taxes (Pendapatan sebelum pajak dan bunga)
Preposisi II: biaya modal saham akan meningkat dengan semakin meningkatnya hutang, tetapi penghematan pajak akan lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya modal saham. Implikasi dari preposisi II ini adalah penggunaan hutang yang semakin banyak akan meningkatkan biaya modal saham. Menggunakan hutang yang lebih banyak, berarti menggunakan modal yang lebih murah (biaya modal hutang lebih kecil dibandingkan dengan biaya modal saham), sehingga akan menurunkan biaya modal rata-rata tertimbangnya (meski biaya modal saham meningkat).
ks = ko + B / S (1 – Tc) (ko – kb) ………
Formula tersebut mempunyai implikasi bahwa penggunaan hutang yang semakin banyakakan meningkatkan biaya modal saham. Tetapi penggunaan hutang yang lebih banyak, berarti menggunakan modal yang lebih murah (biaya modal hutang lebih kecil dibandingkan biaya modal saham), akan menurunkan biaya modal rata-rata tertimbang (meskibiaya modal sahamnya meningkat).
Teori MM tersebut sangat kontroversial. Implikasi teori tersebut adalah perusahaan sebaiknya menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Dalam praktiknya, tidak ada perusahaan yang mempunyai hutang sebesar itu, karena semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan, akan semakin tinggi juga kemungkinan kebangkrutannya. Inilah yang melatarbelakangi teori MM mengatakan agar perusahaan menggunakan hutang sebanyak-banyaknya, karena MM mengabaikan biaya kebangkrutan.
Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian MM memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak.
1.3 Pajak Dan Struktur Modal
Apabila pasar tidak sempurna, nilai perusahaan dan biaya modalnya dapat mengalami perubahan karena terjadi perubahan struktur modal. Salah satu ciri pasar tidak sempurna adalah pajak. Pajak dibedakan menjadi pajak atas pendapatan perusahaan dan pajak atas pendapatan pribadi.
1. Pajak pendapatan perusahaan
Manfaat penggunaan utang bagi perusahaan jika ada pajak adalah biaya bunga dapat digunakan untuk mengurangi pajak. Konsekuensinya, jumlah pendapatan yang diterima oleh kreditor dan pemegang saham pada perusahaan yang menggunakan utang yang lebih besar dari pada perusahaan yang tidak menggunakan utang. Apabila perusahaan menggunakan utang secara permanen (utang jangka panjang), nilai sekarang tax shield adalah :
Keterangan :
Tc = Tarif pajak pendapatan perusahaan
B = Jumlah utang
r = Suku bunga
2. Pajak Pendapatan Pribadi
Pajak pendapatan pribadi dapat mengurangi manfaat pajak perusahaan sehubungan dengan penggunaan utang. Jika pendapatan atas utang dan saham dikarenakan tarif pajak yang sama, total pendapatan kreditor dan pemegang saham pada perusahaan yang menggunakan utang tetap lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menggunakan utang, hanya saja nilainya berkurang. Apabila ada pajak pendapatan perusahaan dan pajak pendapatan pribadi, maka nilai sekarang dari tax shield dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
Tps = Pajak pendapatan saham
Tpd = Pajak pendapatan utang
Tc = Pajak pendapatan perusahaan
B = Jumlah utang
Apabila Tps = Tpd maka PV tax shield = Tc (B)
1.4 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan Jika Ada Pajak Dan Biaya Kebangkrutan
1. Teori Trade-Off dalam Struktur Modal
Dalam kenyataan, ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Satu hal yang terpenting adalah dengan semakin tingginya hutang, akan semakin tinggi kemungkinan (probabilitas) kebangkrutan. Biaya kebangkrutan tersebut bisa cukup signifikan. Penelitian di luar negeri menunjukkan biaya kebangkrutan bisa mencapai sekitar 20% dari nilai perusahaan. Biaya tersebut mencakup dua hal :
- Biaya langsung: biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi, biaya pengacara, biaya akuntan, dan biaya lainnya yang sejenis.
- Biaya tidak langsung: biaya yang terjadi karena dalam kondisi kebangkrutan, perusahaan lain atau pihak lain tidak mau berhubungan dengan perusahaan secara normal. Misal, supplier barangkali tidak akan mau memasok barang karena mengkhawatirkan kemungkinan tidak terbayar.
Biaya lain dari peningkatan hutang adalah meningkatnya biaya keagenan hutang (agency cost of debt). Jika hutang meningkat, maka konflik antara pemegang hutang dengan pemegang saham akan meningkat, karena potensi kerugian yang dialami oleh pemegang hutang akan meningkat. Dalam situasi tersebut, pemegang hutang akan semakin meningkatkan pengawasan (monitoring) terhadap perusahaan. Pengawasan bisa dilakukan dalam bentuk biaya-biaya monitoring (persyaratan yang lebih ketat, menambah jumlah akuntan, dsb) dan bisa juga dalam bentuk kenaikan tingkat bunga. Dengan memasukkan biaya keagenan, persamaan nilai perusahaan di atas bisa diperluas sebagai berikut ini.
VL = VU + PV Penghematan Pajak – [PV Biaya Kebangkrutan + PV Biaya Keagenan]
Dengan demikian gabungan antara teori struktur modal Modigiliani-Miller dengan memasukkan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan mengindikasikan adanya trade-off antara penghematan pajak dari hutang dengan biaya kebangkrutan. Teori tersebut kemudian dikenal sebagai teori trade-off struktur modal, atau static trade-off capital structure theory. Tetapi teori tersebut tidak memberikan formula yang pasti yang bisa memberi petunjuk berapa tingkat hutang yang optimal.
2. Teori Pecking Order
Menurut Myers (1984), pecking order theory menyatakan bahwa ”Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah.” Dalam pecking order theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Secara spesifik perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi (hierarki) dalam penggunaan dana. Menurut pecking order theory dikutip oleh Smart, Megginson, dan Gitman (2004, p.458-459), terdapat skenario urutan (hierarki) dalam memilih sumber pendanaan, yaitu :
- Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal dari pada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.
- Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling rendah risikonya, turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham biasa.
- Terdapat kebijakan deviden yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan jumlah pembayaran deviden yang konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi.
- Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan deviden yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar tersedia. Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal. Pecking order theory menjelaskan urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil. Dalam kenyataannya, terdapat perusahaan-perusahaan yang dalam menggunakan dana untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai seperti skenario urutan (hierarki) yang disebutkan dalam pecking order theory. Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Hamid (1992) dan Singh (1995) menyatakan bahwa “Perusahaan-perusahaan di negara berkembang lebih memilih untuk menerbitkan ekuitas daripada berhutang dalam membiayai perusahaannya.” Hal ini berlawanan dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan akan memilih untuk menerbitkan hutang terlebih dahulu daripada menerbitkan saham pada saat membutuhkan pendanaan eksternal.
3. Teori Asimetri Informasi dan Signaling
Teori ini mengatakan bahwa dalam pihak pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan resiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih dari pihak lainnya.
Teori ini terdiri dari Teori :
- Myers dan Majluf. Menurut Teori ini ada asimetri informasi antara manger dengan pihak luar. Manager mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibandingan pihak luar.
- Signaling. Mengembangkan model dimana struktur modal (penggunaan hutang) merupakan signal yang disampaikan oleh manager ke pasar. Jika manager mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar saham tersebut meningkat, ia ingin megkomunikasikan hal tersebut kepada investor. Manager bisa menggunakan hutang lebih banyak sebagai signal yang lebih credible. Karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek
4. Teori Keagenan (Agency Approach)
Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Konflik antara pemegang saham dengan manager adalah konsep free-cash flow. Ada kecenderungan manager ingin menahan sumber daya sehingga mempunyai control atas sumber daya tersebut. Hutang bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi konflik leagenan free cash flow. Jika perusahaan menggunakan hutang, maka manager akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan untuk membayar bunga.
5. Model Miller dengan Pajak Perusahaan dan Personal
Modigliani dan Miller mengembangkan model struktur modal tanpa pajak, dan dengan pajak. Nilai perusahaan dengan pajak lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahaan tanpa pajak. Selisih tersebut diperoleh melalui penghematan pajak karena bunga bisa dipakai untuk mengurangi pajak. Penghematan pajak tersebut bisa dihitung sebagai berikut ini.
Penghematan pajak = VL - VU = tc . B
Miller sendiri kemudian mengembangkan model struktur modal dengan memasukkan pajak personal. Pemegang saham dan pemegang hutang harus membayar pajak jika mereka menerima dividen (untuk pemegang saham) atau bunga (untuk pemegang hutang). Menurut Miller, nilai perusahaan yang menggunakan hutang, setelah memasukkan pajak personal adalah sebagai berikut ini.
(1 – Tc) (1 – ts)
VL = VU + { 1 – [ --------------------- ] } B ……… (5)
(1 – tb)
Keterangan :
VL = Nilai perusahaan dengan hutang
VU = Nilai perusahaan tanpa hutang
Tc = tingkat pajak perusahaan
ts = tingkat pajak pemegang saham (atas dividen dan capital gain)
tb = tingkat pajak untuk pemegang hutang (atas bunga)
B = Hutang
Menurut model tersebut, tujuan yang ingin dicapai adalah, tidak hanya meminimalkan pajak perusahaan, tetapi meminimalkan total pajak yang harus dibayarkan (pajak perusahaan, pajak atas pemegang saham, dan pajak atas pemegang hutang). Melihat persamaan di atas mempunyai beberapa implikasi. Jika (1 – tb) = (1 – Tc) (1 – ts), maka persamaan di atas menjadi,
VL = VU + (1 – 1) B = VU
Dengan kata lain, pada kondisi tersebut, nilai perusahaan dengan hutang sama dengan nilai perusahaan tanpa hutang. Tidak ada penghematan pajak atas bunga hutang.
Pada situasi lain, dimana ts = tb, persamaan di atas menjadi.
VL = VU + Tc . B
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai perusahaan dengan hutang sama dengan nilai perusahaan tanpa hutang ditambah penghematan pajak karena bunga hutang. Persamaan tersebut sama dengan argumen MM dengan pajak. Dua situasi di atas merupakan situasi ekstrim. Pada situasi kebanyakan, nilai VL akan berada diantara nilai VU dan nilai VU + Tc.B.
1. 5 Pengaruh Biaya Kebangkrutan Pada Tingkat Pengembalian Modal Sendiri
Pada kenyataannya perusahaan menghadapi suatu kondisi yang tidak pasti, oleh karena itu ada. Kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan, yang akan menimbulkan biaya kebangkrutan. Adanya biaya kebangkrutan merupakan indikator yang tidak sempurna pasar, yang akan mempengaruhi struktur modal. Pengaruh biaya kebangkrutan sebagai akibat dari penggunaan utang yang semakin besar terhadap tingkat pengembalian modal sendiri.
1. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan struktur modal
- Stabilitas penjualan. Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannnya tidak stabil.
- Struktur aktiva. Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya dapat digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan.
- Leverage operasi. Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena ia akan mempunyai risiko bisnis yang lebih kecil.
- Tingkat pertumbuhan. Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak menggunakan modal eksternal. Lebih jauh lagi, biaya pengambangan untuk penjualan saham biasa jauh lebih besar daripada biaya untuk penerbitan surat utang, yang mendorong perusahaan untuk lebih banyak mengandalkan utang. Namun, pada saat yang sama perusahaan yang tumbuh dengan pesat sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar, yang cenderung mengurangi keinginannya untuk menggunakan utang.
- Profitabilitas. Seringkali pengamatan menunjukan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil. Meskipun tidak ada pembenaran teoritis mengenai hal ini, namun penjelasan pratis atas kenyataan ini adalah bahwa perusahaan yang sangat menguntungkan seperti Intel, Microsoft dan Coca-Cola memang tidak memerlukan banyak pembiayaan dengan utang. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan mereka untu membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal.
- Pajak. Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan, dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaanyang terkena tarif pajak yang tinggi. Karena itu makin tinggi tarif pajak perusahaan, makin besar manfaat penggunaan utang.
- Pengendalian. Pengaruh utang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur modal. Apabila manajemen saat ini mempunyai hak untuk mengendalikan perusaahaan tetapi sama sekali tidak diperkenankan untuk membeli saham tambahan, mereka mungkin akan memilih utang untuk pembiayaan baru. Di lain pihak, manajemen memutuskan untuk menggunakan ekuitas jika kondisi keuangan perusahaan sangat lemah sehingga penggunaan utang dapat membawa perusahaan pada risiko kebangkrutan, karena jika perusahaan jatuh bangkrut, para manajer tersebut akan kehilangan pekerjaan. Tetapi, jika utangnya terlalu kecil mereka akan menghadapi risiko pengambilalihan.
BAB II
PENUTUP
2.1
Kesimpulan
Struktur Modal adalah
perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal sendiri. Modal asing
diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang maupun dalam jangka
pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan dan bisa juga
dengan penyertaan kepemilikan perusahaan. Teori struktur modal ada 2 yaitu
teori pendekatan tradisional dan teori pendekatan modigliani dan miller.
Salah satu ciri pasar tidak
sempurna adalah pajak. Pajak dibedakan menjadi pajak atas pendapatan perusahaan
dan pajak atas pendapatan pribadi. kondisi pasti ada pajak, semakin banyak
utang yang digunakan dibandingkan dengan modal sendiri, nilai perusahaan akan
semakin tinggi dan apabila pada kondisi yang tidak pasti dan ada pajak, semakin
banyak utang yang digunakan pada mulanya akan meningkatkan nilai perusahaan,
namun sampai batas penggunaan utang tertentu jika utangnya ditambah terus, maka
nilai perusahaan akan menurun karena risiko kebangkrutan dampaknya lebih besar
dari pada penghematan pajak.
2.2
Saran
Banyak faktor – faktor yang mempengaruhi dalam pengambil keputusan struktur modal yang dimana semua itu
tergantung pada atasan perusahaan dalam mengambil keputusan dengan tepat. Dari
beberapa banyak teori pendekatan struktur modal ada yang efektif dan efisien
bisa diterapkan pada seorang pengusaha dan pengaruh penggunaan utang dalam
struktur modal terhadap nilai perusahaan dihitung dengan berbagai pendekatan
hasilnya tidak sama karena masing-masing pendekatan menggunakan asumsi yang
berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber : Bringham & Houston, 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Jilid 2, Jakarta : Salemba Empat.
I Made Sudana. 2011.Manajemen keuangan perusahaan teori dan praktik.Erlangga,Jakarta.
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUKEwi04embku_LAhVPjo4KHfb5Ao4QFggaMAA&url=http%3A%2F%2Fwww.theijbm.com%2Fforce_download.php%3Ffile_path%3Dwp-content%2Fuploads%2F2014%2F09%2F19.BM1408-030.pdf%26id%3D536&usg=AFQjCNEfqKXAK9H2iiZf8IeA2qHCox2b8w&sig2=Rr9rWZtk9T6LR4f0eYQ_VQ acessed on Friday, April 41, 2016, 7 PM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar